MAKALAH
LARUTAN
KIMIA
Disusun
Oleh :
Tri
Aditya (2A414819)
Abdullah
Raka Okta Pratama (20414053)
Muhammad
Andika Prakoso (27414085)
Muhammad
Fahmi (27414189)
Bayu
Amanda (22414051)
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN
TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2015
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang ,segala puji
bagi Allah tuhan semesta alam,yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Atas karunianya kita dapat
menyelesaikan makalah Larutan kimia dengan baik, walapun saya menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk melatih kemandirian mahasiswa
dalam mencari materi mata kuliah kimia. Dengan rasa penuh tanggung jawab kita
berusaha untuk membuat makalah dengan benar. Banyak halangan dan rintangan saat
pembuatan makalah ini, tapi itu semua dapat di atasi dengan kerja keras dan
kegigihan kelompok kami dalam pembuatan malah ini.
Akhir
kata, semoga dari laporan akhir ini dapat di ambil hikmah dan manfaatnya
sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.
penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tanpa kita sadari, selama ini kehidupan kita
sangat berkaitan dengan zat kimia yang dapat kita temui dalam berbagai macam bentuk.
Salah satunya dalam larutan yang akan dibahas lebih jauh dalam makalah ini.
Misalnya garam dapur atau Natrium Klorida (NaCl). Selain memperkaya rasa
masakan ternyata garan dapur (NaCl) yang kita kenal selama ini mempunyai
kegunaan lain. Ternyata garam dapur (NaCl) dalam bentuk larutan jika
disambungkan dengan power supply dapat menghantarkan arus listrik dan membuat
lampu menyala.
Demikian juga halnya dengan larutan-larutan
lainnya, misalnya air suling, larutan gula, asam asetat, amonia, asam sulfat,
asam klorida, natrium klorida, natrium hidroksida, dan masih banyak lagi.
Secara garis besar larutan dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan
larutan non-elektrolit. Larutan elektrolit dibagi lagi menjadi dua yaitu
elektrolit kuat dan elektroit lemah. Dan untuk selengkapnya akan dibahas pada
bab selanjutnya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan larutan kimia ?
2. Macam-macam
larutan kimia ?
3. Manfaat
larutan kimia ?
BAB
II
PEMBAHASAN
Pengertian
Termodinamika Kimia
Larutan
adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya
lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi
larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk
larutan disebut pelarutan atau solvasi. Larutan umumnya berfase cair (liquid = l) dengan pelarut air,
tetapi ada juga larutan yang berfase padat (solid = s) seperti kuningan, stainless steel, dan lain-lain,
ataupun gas (g) seperti udara.
Contoh umum yang sringkita jumpai yaitu garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas dilarutkan dalam
cairan, misalnya karbon
dioksida atau oksigen
dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas
larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran logam) dan mineral
tertentu.
Sifat
Dasar Larutan
Larutan bersifat homogen
antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran
karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena
susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang
berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
Komponen larutan terdiri dari
pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut adalah
medium bagi zat terlarut yang dapat berperan serta dalam reaksi kimia dalam
larutan atau meninggalkan larutan karena pengendapan atau penguapan. Dan uraian
mengenai gejala ini memerlukan komposisi larutan.dan berdasarkan daya hantarnya
larutan dibagi menjadi larutan elektrolit dan non elektrolit.
Ada 2 reaksi
dalam larutan, yaitu:
1.
Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke
lingkungan, temperatur dari campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari
zat- zat kimia yang bersangkutan akan turun.
2.
Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem,
temperatur dari campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari zat- zat
kimia yang bersangkutan akan naik.
Berdasarkan
banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.
Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih
banyak solute dibanding solvent.
2.
Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit
solute dibanding solvent.
Dalam suatu
larutan, pelarut dapat berupa air dan tan air.
Macam-Macam Larutan
Larutan terdiri dari beberapa macam
yaitu :
1. Larutan pekat dan larutan
encer.
Larutan pekat relatif mempunyai lebih
banyak solute daripada solven sedangkan larutan encer
relative lebih srdikit solute daripada solvennya.
2. Larutan berdasarkan daya
hantarnya
Ada juga larutan yang bersifat
elektrolit. Air sebagai pelarut memang bukan konduktor listrik yang baik tapi
jika didalam air ditambahkan senyawa ion yang larut seperti NaCl maka larutan
ini akan menjadi konduktor listrik atau disebut larutan elektrolit. Berdasarkan
daya hantar listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam,
yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Larutan elektrolit adalah
larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Larutan ini dibedakan atas:
Larutan ini dibedakan atas:
1. Elektrolit kuat
Larutan
elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat,
karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah
menjadi ion-ion (alpha = 1).
Yang tergolong elektrolit kuat adalah:
a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain.
2. Elektrolit
lemah
Larutan
elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga
derajat ionisasi sebesar:
O < alpha < 1.
O < alpha < 1.
Yang tergolong elektrolit lemah:
a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain
b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain
3. Larutan non elektrolit
adalah
larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya di
dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion).
Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:
– Larutan urea
– Larutan sukrosa
– Larutan glukosa
– Larutan alkohol dan lain-lain
– Larutan urea
– Larutan sukrosa
– Larutan glukosa
– Larutan alkohol dan lain-lain
3. Larutan menurut
kejenuhannya :
1.
Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute
(zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau
dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi
dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila
bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih
dapat larut).
2.
Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung
sejumlah solute yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya.
Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi
dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi
apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
3.
Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan
yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan
jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat
terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila
hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
Jenis Larutan
Ada banyak jenis larutan disekitar
kita. Tapi disini hanya akan dibahas beberapa larutan yang mungkin sering kita
temui setiap hari.
·
Larutan zat padat dalam cairan
Pada jenis larutan ini gaya tarik
antara solute lebih dominan daripada larutan antara cairan dengan cairan. Dalam
suatu zat padat, molekul-molekul atau ion-ionnya tersusun dengan baik dan gaya
tariknya maksimum. Agar terbentuk suatu larutan, gaya tarik antar partikel
solut dan solven harus baik. Seperti proses larutnya gula dalam air. Gula yang
mempunyai banyak gugusan OH dalam struktur molekulnya akan mudah larut dalam
air karena akan membentuk ikatan hydrogen dengan air sehingga gula dengan mudah
dapat ditarik dari kristalnya masuk ke solven. Hal ini menunjukkan solute dari
molekul polar akan lebih mudah larut dalam solven polar juga. Tapi
molekul-molekul polar tidak dapat larut dalam pelarut non polar. Hal ini karena
gaya tarik antar molekul-molekul polar sangat kuat sehingga tidak bisa tertarik
oleh solven non polar.
·
Larutan cairan dalam cairan
Pada pembentukkan larutan cairan,
dua macam zat dapat saling bercampur/melarutkan jika keduanya mempunyai gaya
tarik antara molekulnya sama. Proses terbentuknya suatu cairan larut dalam
cairan lainnya yaitu diperlukan tambahan energy untuk memisahkan masing-masing
molekul dari solute dan solvennya. Setelah solute dan solven yang
molekul-molekulnya dalam keadaan terpisah disatukan, energy akan kembali
dilepaskan karena adanya gaya tarik antara molekul solute dan solven.setelah
energy dilepaskan maka solute dan solven akan bersatu memebentuk larutan.
Terjadinya larutan yang dapat
bercampur juga sangat dipengaruhi oleh suhu dan ukuran partikel. Disini kita
ambil contoh pelarutnya adalah air. Semakin panas pelarut maka solutnya pun
semakin cepat larut. Hal ini karena molekul-molekul pada solven bergerak
lebih cepat maka akan bertumbukan dengan molekul-molekul solute. Sedangkan pada
ukuran partikel, semakain besar dan padat sebuah partikel maka akan sulit untuk
larut. Hal ini karena molekul-molekul pada partikel tersebut sangat kuat sehingga
sulit untuk solven untuk menarik molekul partikel tersebut.
·
Konsentrasi larutan
Konsentrasi larutan menyatakan secara
kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi
umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total
zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah
pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm).
Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
·
Pengenceran
Dalam
pekerjaan di laboratorium,biasanya kita menggunakan larutan yang lebih rendah
konsentrasinya dengan cara menambah pelarutnya, misalnya laboratorium kimia
membeli larutan senyawa kimia dalam air yang konsentrasinya sangat pekat, cara
ini adalah cara yang paling ekonomis. Biasanya larutan yang dibeli adalah
larutan pekat, sehingga larutan ini harus diencerkan. Proses pengenceran adalah
mencampur larutan pekat(konsentrasi tiggi) dengan cara menambahkan pelarut agar
diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jadi membuat konsentrasi larutan
tersebut menjadi lebih rendah.
Hal
yang paling penting untuk pengamanan pada saat pengenceran, jika suatu larutan
senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilkepaskan,
terutama pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan
dengan aman maka asam sulfat yang ditambahkan ke dalanm air, tidak boleh
sebaliknya. Jika air yang ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang
dilepaskan akan begitu besar dan menyebabkan air mendadak mendidih dan
menyebabkan asam sulfat memercik dan akan merusak kulit.
1.
Larutan
Asam dan Basa
Tabel perbedaan larutan asam dan larutan basa
No
|
Larutan
Asam
|
Larutan
Basa
|
Larutan
Netral
|
1
|
Rasanya asam
|
Rasanya pahit
|
Rasanya
bervariasi
|
2
|
Merubah lakmus biru menjadi merah
|
Merubah lakmus merah menjadi biru |
Tidak
merubah warna kertas lakmus
|
3
|
[H+] > [OH-]
|
[H+] < [OH-]
|
[H+]
= [OH-]
|
4
|
Terurai menjadi ion H+ dan ion negative sisa asam
|
Terurai menjadi ion positif logam dan ion OH- |
Terurai
menjadi [H+] dan [OH-]
|
5
|
Bersifat
korosif, Contoh: Cuka, air aki (H2SO4) , HCl, HNO3
|
Bersifat
melarutkan kulit (kaustik), contoh: air sabun, air kapur, air abu
|
Tidak
bersifat korosif, contoh : NaCL, alcohol, urea
|
Lavoiser : Bahwa setiap asam mengandung unsur
Oksigen
Humphrey Davy : Bahwa Hidrogen merupakan unsur
dasar setiap asam
Gay Lussac : Asam adalah zat yang dapat menetralkan
basa (alkali) dan kedua golongan senyawa itu (asam dan basa) hanya dapat di
definisikan dalam kaitan satu dengan yang lain.
Bronsted – Lowry : Asam adalah semua zat baik dalam
bentuk molekul atau ion yang dapat memberikan proton (donor proton). Sedangkan
basa adalah semua zat baik dalam bentuk molekul maupun ion yang dapat menerima
proton (akseptor proton)
2. Larutan Asam
Berdasarkan kekuatan asamnya, larutan dibagi
menjadi 2, yaitu asam kuat dan asam lemah
a. Asam Kuat
Asam yang seluruh molekulnya terurai menjadi ion. Contohnya:
HCl → H+
+ Cl-
H2SO4 →
2H+ + SO42-
[H+]
= x. M
Ket :
M =
Konsentrasi asam
x = valensi
asam
b. asam lemah
Asam yang hanya sebagian molekulnya terurai menjadi ion.
contohnya :
CH3COOH →
CH3COO- + H+
HCN → H+
+ CN-
[H+]
= √(ka. M)
[H+]
= α . M
α = √Ka
/ M
α = mol zat
terurai / mol zat mula mula
Ket:
α = Derajat
ionisasi
Ka = Tetapan
Ionisasi asam
M =
Konsentrasi Asam
3. Larutan Basa
a. Basa Kuat
NaOH →
Na+ + OH-
Mg(OH)2 →
2 Mg+ + 2 OH-
[OH-]
= x.M
Ket :
M =
Konsentrasi basa
x = valensi
basa
b. Basa Lemah
NH3 →
NH4+ + OH-
[OH-]
= √(kb. M)
[OH-]
= α . M
α = √Kb
/ M
α = mol zat
terurai / mol zat mula mula
Ket:
α = Derajat
ionisasi
Ka
= Tetapan Ionisasi Basa
M =
Konsentrasi Basa
2. Derajat Keasaman (pH)
Derajat
keasaman merupakan konsentrasi ion H+ dalam larutan. Konsentrasi pH diajukan
oleh sorensen:
- p = berasal dari kata ‘potenz’ yang berarti pangkat
- H = menyatakan atom Hidrogen
pH
= -log [H+]
pOH
= -log [OH-]
pKw
= pH + pOH
14
= pH + pOH
pH
= 14 – pOH
pOH
= 14 – pH
Larutan
netral pH = pOH = 7
Larutan
asam pH<7
Larutan
basa pH > 7
1. Pengukuran pH
a. Menggunakan Indikator
Indikator
mempunyai trayek peruabahan warna yang berbeda-beda. Dari uji larutan
dengan beberapa indikator diperoleh daerah irisan pH larutan.
b. Menggunakan Indikator Universal
Indikator
universal merupakan gabungan dari beberapa indikator. Indikator universal yang
biasa digunakan adalah metal jingga, metal merah, bromtimol biru, dan
fenolftalein.
c. Menggunakan pH-meter
Merupakan
alat pengukur pH dengan ketelitian yang tinggi. pH-meter dapat menentukan pH
larutan sampai 2 angka desimal.
2. pH Larutan Asam
a. Asam Kuat
pH
= -log [H+]
[H+]
= x.M
Keterangan
:
M =
Konsentrasi Asam
x =
Valensi Asam
b. Asam
lemah
pH
= -log [H+]
[H+]
= √(ka. M)
[H+]
= α . M
Keterangan
:
α =
Derajat ionisasi
Ka
= Tetapan Ionisasi asam
M =
Konsentrasi Asam
3. pH Larutan Basa
a. Basa Kuat
pOH
= -log [OH-]
[OH-]
= x.M
Keterangan
:
M =
Konsentrasi Asam
x =
Valensi Asam
b. Asam lemah
[OH-]
= √(kb. M)
[OH-]
= α . M
pOH
= -log[ OH- ]
pH
= 14 – pOH
3. Titrasi Asam-Basa
Titrasi
asam-basa digunakan untuk menentukan kadar larutan, salah satunya melalui
reaksi penetralan.
4. Larutan Penyangga
Larutan
yang berfungsi untuk mempertahankan pH meskipun pH ditambahkan sedikit asam,
basa ataupun pengenceran. Larutan penyangga (buffer) terdiri dari:
1. Buffer Asam
Buffer
asam merupakan campuran asam lemah dengan garam (basa konjugasi) yang berasal
dari basa kuat.
2. Buffer Basa
Buffer
basa merupakan campuran antara basa lemah dengan garam (asam konjugasi) yang
berasal dari asam kuat.
Fungsi
larutan penyangga, yaitu:
a.
Di dalam tubuh berfungsi untuk menjaga pH darah agar sesuai dengan
karakteristik reaksi enzim.
b.
Dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk menjaga pH dalam makanan kaleng
agar tidak mudah rusak oleh bakteri.
5. Hidrolisis Garam
Hidrolisis garam merupakan reaksi
penguraian dalam air. Reaksi hidrolisis teriadi antara ion-ion
garam dalam air) dengan air
sehingga on positif dan ion negatif dari garam akan bereaksi dengan
air membentuk asam dan basa
asalnya.
1. Garam
dari asam kuat + basa kuat
a. Tidak terhidrolisis
b. pH- 7
2. Garam
dari asam kuat + basa lemah
a. Terhidrolisis sebagian, pH
< 7
b. Kh=Kw/Kb
3. Garam
dari asam lemah + basa kuat
a. Terhidrolisis sebagian, pH
> 7
b. Kh=Kw/Ka
4. Garam
dari asam lemah + basa lemah
a. Terhidrolisis sempurna
b. Kh=Kw/(Ka.Kb)
6. Ksp
Hasil
kali kelarutan adalah hasil kali konsentrasi ion ion dalam larutan jenuh garam
yang sukar larut dalam air
Nilai
Ksp untuk elektrolit sejenis semakin besar, menunjukkan semakin mudah larut
Kelarutan
(s) merupakan konsentrasi maksimmum zat terlarut. Rumusnya :
Ksp
= (n-1)n-1Sn
Keterangan
:
s =
kelarutan (mol/L)
n =
jumlah ion dari elektrolit
jika
diketahui konsentrasinya maka :
AxBy →
x A+y + y B-x
Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam
sejumlah tertentu larutan. Secara fisika konsentrasi dapat dinyatakan dalam %
(persen) atau ppm (part per million) = bpj (bagian per juta). Dalam
kimia konsentrasi larutan dinyatakan dalam molar (M), molal (m) atau normal
(N).
a.
Persen
massa (% b/b)
Persen massa menyatakan perbandingan
massa zat terlarut (solute) terhadap massa larutan
% Solute = 100 %
b.
Persen
volum (% v/v)
Persen volum menyatakan perbandingan
zat terlarut (solute) terhadap volum larutan
% solute = 100 %
c.
Persen
massa/volum (% b/v)
Persen massa per volum menyatakan
perbandingan massa zat terlarut (solute) terhadap volume larutan
% 100 %
d.
Persen
volum/massa (% v/b)
Persen volum per massa menyatakan
perbandingan volum zat terlarut (solute) terhadap massa larutan
% 100 %
e.
Molaritas
(M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat
terlarut dalam setiap liter larutan
M
= x5
f.
Molalitas
(m)
Molalitas menyatakan jumlah mol zat
terlarut dalam setiap kilo gram (1000 gram) pelarut.
m = x
g.
Normalitas
(N)
Normalitas
menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan.
N = x n x
h.
ppm
ppm menyatakan massa (Mg) zat
terlarut (solute) dalam tiap Kg larutan
ppm
Kelarutan senyawa logam biasa, yaitu
senyawa logam golongan IA, IIA, IB, IIB, Mn, Fe, Co, Ni, Al, Sn, Pb, Sb, Bi,
dan NH4+ seperti
pada tabel berikut:
Senyawa
|
Kelarutan
|
Nitrat
|
Semua larut
|
Nitrit
|
Semua larut kecuali Ag+
|
Asetat
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Bi3+
|
Klorida
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Cu3+
|
Bromida
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+
|
Iodida
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Bi3+
|
Sulfat
|
Semua larut kecuali Ba+, Sr2+, Pb2+,
(Ca2+ sedikit
larut)
|
Sulfit
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Sulfida
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+, Ba2+, Sr2+, Ca2+
|
Fosfat
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Karbonat
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Oksalat
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Oksida
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, Ba2+, Sr2+, Ca2+
|
Hidroksida
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+, Ba2+, Sr2+,
(Ca2+ sedikit
larut)
|
Tabel Kelarutan beberapa senyawa
dalam air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan antara lain jenis zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan
tekanan.
a. Jenis Zat
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat
saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda
umumnya kurang dapat saling bercampur (like dissolves like).
7
Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut
polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar.
Contohnya alkohol dan air bercampur sempurna (completely miscible), air
dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan
air tidak bercampur (completely immiscible).
b. Suhu
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih
tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang
keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi
berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang
lebih tinggi. Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada
temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat. Pada
larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan proses
pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka proses
sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan, maka sesuai dengan
azas Le Chatelier (Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936) kesetimbangan
itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses pelarutan bersifat
endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur yang lebih tinggi.
Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka kelarutannya berkurang
pada suhu yang lebih tinggi.
c. Tekanan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil
terhadap kelarutan zat cair atau padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya
merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas
sebanding dengan tekanan partial gas itu. Menurut hukum Henry
(William Henry: 1774-1836) massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu
cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu
(tekanan partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu.
Contohnya kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya
dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan
pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air.
Sifat
Koligatif Larutan
a.
Sifat
Koligati Larutan Non-Elektrolit
Sifat larutan berbeda dengan sifat pelarut murninya.
Terdapat empat sifat fisika yang penting yang besarnya bergantung pada
banyaknya partikel zat terlarut tetapi tidak bergantung pada jenis zat
terlarutnya. Keempat sifat ini dikenal dengan sifat koligatif larutan. Sifat
ini besarnya berbanding lurus dengan jumlah partikel zat terlarut. Sifat
koligatif tersebut adalah tekanan uap, titik didih, titik beku, dan tekanan
osmosis. Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap, titik beku, dan
titik didih suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih
pelarut murninya berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut.
8
Larutan
yang bisa memenuhi hukum sifat koligatif ini disebut larutan ideal. Kebanyakan
larutan mendekati ideal hanya jika sangat encer.
1.
Tekanan Uap Larutan
Tekanan uap larutan lebih rendah
dari tekanan uap pelarut murninya. Pada larutan ideal, menurut hukum Raoult,
tiap komponen dalam suatu larutan melakukan tekanan yang sama dengan fraksi mol
kali tekanan uap dari pelarut murni.
PA = XA . P0A
PA =
tekanan uap yang dilakukan oleh komponen A dalam larutan.
XA =
fraksi mol komponen A.
P0A =
tekanan uap zat murni A.
Dalam larutan yang mengandung zat terlarut yang tidak mudah
menguap (tak-atsiri atau nonvolatile), tekanan uap hanya disebabkan oleh
pelarut, sehingga PA dapat dianggap sebagai tekanan uap pelarut maupun
tekanan uap larutan.
2.
Titik Didih Larutan
Titik didih larutan bergantung pada kemudahan zat
terlarutnya menguap. Jika zat terlarutnya lebih mudah menguap daripada
pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih rendah), maka titik didih larutan
menjadi lebih rendah dari titik didih pelarutnya atau dikatakan titik didih
larutan turun. Contohnya larutan etil alkohol dalam air titik didihnya lebih
rendah dari 100 °C tetapi lebih tinggi dari 78,3 °C (titik didih etil alkohol
78,3 °C dan titik didih air 100 °C). Jika zat terlarutnya tidak mudah menguap
(tak-atsiri atau nonvolatile) daripada pelarutnya (titik didih zat
terlarut lebih tinggi), maka titik didih larutan menjadi lebih tinggi dari
titik didih pelarutnya atau dikatakan titik didih larutan naik. Pada contoh
larutan etil alkohol dalam air tersebut, jika dianggap pelarutnya adalah etil
alkohol, maka titik didih larutan juga naik. Kenaikan titik didih larutan
disebabkan oleh turunnya tekanan uap larutan. Berdasar hukum sifat koligatif
larutan, kenaikan titik didih larutan dari titik didih pelarut murninya berbanding
lurus dengan molalitas larutan.
Δtb = kb . m
Δtb = kenaikan titik didih larutan.
kb = kenaikan titik didih molal
pelarut.
m = konsentrasi larutan dalam molal.
3.
Titik Beku Larutan
Penurunan tekanan uap larutan menyebabkan titik beku larutan
menjadi lebih rendah dari titik beku pelarut murninya.
Hukum sifat koligatif untuk penurunan titik beku larutan
berlaku pada larutan dengan zat terlarut atsiri (volatile) maupun
tak-atsiri (nonvolatile). Berdasar hukum tersebut, penurunan titik beku
larutan dari titik beku pelarut murninya berbanding lurus dengan molalitas
larutan.
Δtf = kf . m
Δtf = penurunan titik beku larutan.
kf = penurunan titik beku molal
pelarut.
m
= konsentrasi larutan dalam molal.
4.
Tekanan Osmose Larutan
Peristiwa lewatnya molekul pelarut menembus membran
semipermeabel dan masuk ke dalam larutan disebut osmose. Tekanan osmose larutan
adalah tekanan yang harus diberikan pada larutan untuk mencegah terjadinya
osmose (pada tekanan 1 atm) ke dalam larutan tersebut. Hampir mirip dengan
tekanan pada gas ideal, pada larutan ideal, besarnya tekanan osmose berbanding
lurus dengan konsentrasi zat terlarut.
p = = M. R. T
π = tekanan osmose (atm).
n = jumlah mol zat terlarut (mol).
R = tetapan gas ideal = 0,08206
L.atm/mol.K
T = suhu larutan (K).
V = volume larutan (L).
M
= molaritas (M = mol/L).
Jika tekanan yang diberikan pada larutan lebih besar dari
tekanan osmose, maka pelarut murni akan keluar dari larutan melewati membran
semipermeabel. Peristiwa ini disebut osmose balik (reverse osmosis),
misalnya pada proses pengolahan untuk memperoleh air tawar dari air laut.
Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit memperlihatkan
sifat koligatif yang lebih besar dari hasil perhitungan dengan persamaan untuk
sifat koligatif larutan nonelektrolit di atas. Perbandingan antara sifat
koligatif larutan elektrolit yang terlihat dan hasil perhitungan dengan
persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit, menurut Van't Hoff besarnya
selalu tetap dan diberi simbul i (i = tetapan atau faktor Van't Hoff).
10
Semakin kecil konsentrasi larutan
elektrolit, harga i semakin besar, yaitu semakin mendekati jumlah ion yang
dihasilkan oleh satu molekul senyawa elektrolitnya. Untuk larutan encer, yaitu
larutan yang konsentrasinya kurang dari 0,001 m, harga i dianggap sama dengan
jumlah ion.
Empat macam sifat koligatif larutan
elektrolit adalah:
1.
Penurunan
tekanan uap,
ΔP = i.P0.XA
2.
Kenaikan titik didih
Δtb = i.kb.m
3.
Penurunan titik beku
Δtf = i.kf.m
4.
Tekanan osmose
p = = i. M. R. T
BAB
III
SIMPULAN
Sifat dasar larutan adalah campuran
yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih.
Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut
homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya
bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
Larutan berdasarkan daya hantarnya dibagi
menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit.
Dan
larutan elektrolit dibagi lagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit kuat dan
elektrolit lemah. Berdasarkan jenuh atau tidaknya
larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu larutan jenuh, larutan tak jenuh, dan
larutan kelewat jenuh. Berdasarkan sifat kualitatif, larutan dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu alrutan pekat dan larutan encer.
Banyaknya zat terlarut (solute)
yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu
larutan jenuh disebut kelarutan (solubility) zat itu. Kelarutan umumnya
dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per 100 gram
pelarut pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram
per 100 gram pelarut, maka zat itu dikatakan tak larut (insoluble). Dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis zat terlarut, jenis
pelarut, temperatur, dan tekanan.
DAFTAR
PUSTAKA
·
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/18/kimia-larutan-kimia-dasar-39481.html (di akses
19 maret 2015)
·
http://setiyanisetiyani.blogspot.com/2013/10/makalah-kimia-dasar-larutan_27.html
(di akses 19 maret 2015)
·
http://www.chem-is-try.org/kategori/materi_kimia/kimia-kesehatan/larutan/
(di akses 19 maret 2015)