PENGERTIAN KELAPA SAWIT
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting
penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).
Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar, sehingga banyak hutan dan
perkebunan lama di konversi menjadi perkebunan kelapa sawit.Indonesia adalah
penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah malaysia. Di Indonesia
penyebarannya di daerah Aceh, Pantai Timur Sumatra, Jawa, sulawesi, dan
Kalimantan.
Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam
peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya, yaitu tahan oksidasi
dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan
pelarut lainnya, mempunyai daya lapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi
pada tubuh dalam bidang kosmetik. Bagian yang paling populer untuk diolah dari
kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa
sawitmentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis
turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah
kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi
bahan baku margarin.
SEJARAH KELAPA SAWIT
Pohon Kelapa
Sawit terdiri daripada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk
pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Pohon Kelapa Sawit
Afrika, Elaeis guineensis, berasal
dari Afrika barat di antara Angola dan Gambia, manakala Pohon Kelapa Sawit
Amerika, Elaeis oleifera, berasal dari Amerika Tengah dan Amerika
Selatan. Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24
meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil
dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan
kulit buahnya mengandungi minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak
goreng, sabun, dan lilin. Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak,
khususnya sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya
digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
Urutan dari turunan Kelapa Sawit:
Kingdom : Tumbuhan
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo :
Arecales
Famili : Arecaceae
Jenis : Elaeis
Spesies : E. Guineensis
CIRI‐CIRI
FISIOLOGI KELAPA SAWIT
a. Daun
Daunnya
merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelapah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya
sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu
keras dan tajam.
b. Batang
Batang
tanaman diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun
pelapah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman
kelapa.
c. Akar
Akar serabut
tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat
beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan
tambahan aerasi.
d. Bunga
Bunga jantan
dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat
jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan
panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
e. Buah
Buah sawit
mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang
digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
a) Eksoskarp, bagian kulit buah
berwarna kemerahan dan licin.
b) Mesoskarp, serabut buah
c) Endoskarp, cangkang pelindung
inti
Inti sawit merupakan endosperm dan
embrio dengan kandungan minyak inti
berkualitas tinggi.
STANDAR
MUTU MNYAK KELAPA SAWIT
Mutu minyak
kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti, pertama, benar‐benar murni
dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak kelapa sawit tersebut
dapat ditentukan dengan menilai sifat‐sifat fisiknya, yaitu dengan
mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua, pengertian
mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan
spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran,
logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Kebutuhan mutu
minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan non
pangan masing‐masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun
aspek higienisnya harus lebih Diperhatikan. Rendahnya mutu minyak kelapa sawit
sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor‐faktor tersebut dapat langsung dari
sifat induk pohonnya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan
dan pengangkutan.
Dari beberapa faktor yang berkaitan
dengan standar mutu minyak sawit tersebut,
didapat hasil dari pengolahan kelapa
sawit, seperti di bawah ini :
a) Crude Palm Oil
b) Crude Palm Stearin
c) RBD Palm Oil
d) RBD Olein
e) RBD Stearin
f) Palm Kernel Oil
g) Palm Kernel Fatty Acid
h) Palm Kernel
i) Palm Kernel Expeller (PKE)
j) Palm Cooking Oil
j) Palm Cooking Oil
k) Refined Palm Oil (RPO)
l) Refined Bleached Deodorised Olein
(ROL)
m) Refined Bleached Deodorised
Stearin (RPS)
n) Palm Kernel Pellet
o) Palm Kernel Shell Charcoal
Syarat mutu inti kelapa sawit adalah
sebagai berikut:
a) Kadar minyak minimum (%): 48;
cara pengujian SP‐SMP‐13‐1975
b) Kadar air maksimum (%):8,5 ; cara
pengujian SP‐SMP‐7‐1975
c) Kontaminasi maksimum (%):4,0;
cara pengujian SP‐SMP‐31‐19975
d) Kadar
inti pecah maksimum (%):15; cara pengujian SP‐SMP‐31‐1975
KOMPOSISI KIMIA MINYAK KELAPA
SAWIT
PROSES PENGOLAHAN MINYAK
KELAPA SAWIT (CRUDE PALM OIL)
Pengolahan Kelapa sawit merupakan suatu proses pengolahan
yang menghasilkan minyak kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit,
inti sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam
konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi
crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit.
PKS tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan
mekanis, fisik, dan kimia. Parameter penting produksi seperti efisiensi
ekstraksi, rendemen, kualitas produk sangat penting perananya dalam menjamin
daya saing industri perkebunan kelapa sawit di banding minyak nabati lainnya.
1. LOADING
RAMP
Setelah buah disortir pihak sortasi, buah dimasukkan
kedalam ramp cage yang berada diatas rel lori. Ramp cage
mempunyai 30 pintu yang dibuka tutup dengan sistem hidrolik, terdiri dari 2 line
sebelah kiri dan kanan. Pada saat pintu dibuka lori yang berada dibawah cage
akan terisi dengan TBS. Setelah terisi, lori ditarik dengan capstand ke transfer
carriage, dimana transfer carriage dapat memuat 3 lori yang
masing – masing mempunyai berat rata-rata 3,3 – 3,5 ton. Dengan transfer
carriage lori diarahkan ke rel sterilizer yang diinginkan. Kemudian
diserikan sebanyak 12 lori untuk dimasukan kedalam sterilizer. Pemasukan
lori ke dalam sterilizer menggunakan loader.
2.
STERILIZER
Sterilisasi adalah proses perebusan dalam suatu bejana
yang disebut dengan sterilizer. Adapun fungsi dari perebusan adalah
sebagai berikut:
1. Mematikan enzyme.
2. Memudahkan
lepasnya brondolan dari tandan.
3. Mengurangi
kadar air dalam buah.
4. Melunakkan mesocarp
sehingga memudahkan proses pelumatan dan pengepressan.
5. Memudahkan
lepasnya kernel dari cangkangnya.
Proses perebusan dilakukan selama 85 -95 menit. Untuk
media pemanas dipakai steam dari BVP (Back Pressure Vessel) yang
bertekanan 2,8-3 bar.
Perebusan
dilakukan dengan sistem 3 peak ( tiga puncak tekanan). Puncak pertama
tekanan sampai 1,5 Kg/cm2, puncak kedua tekanan sampai 2,0 Kg/cm2
dan puncak ketiga tekanan sampai 2,8 – 3,0 Kg/cm2.
Berikut
proses perebusan sistem tiga peak :
1. Deaeration dilakukan 2 menit, dimana posisi condensate
terbuka.
2. Memasukkan uap untuk peak pertama yang dicapai
dalam waktu 10 menit. Biasanya tekanan mencapai 1,2 bar.
3. Uap dan kondensat dibuang sampai tekanan menjadi 0 bar
dalam waktu 5 menit.
4. Uap dimasukkan selama 15 menit untuk mencapai tekanan
2 bar.
5. Uap kondensat dibuang lagi selama 3 menit.
6. Kemudian steam dimasukkan lagi untuk mencapai peak
ke-3 dalam waktu 15 – 20 menit.
7. Setalah peak ketiga tercapai maka dilakukan
penahanan selama 40 – 50 menit.
8. Uap kondensat dibuang selama 5 – 7 menit sampai
tekanan 0
3. THRESSER
Setelah perebusan TBS yang telah masak diangkut ke thresser
dengan mengggunakan hoisting crane yang mempunyai daya angkat 5 ton. Lori
diangkat dan dibalikkan diatas hopper thresser (auto feeder).
Pada stasiun ini tandan buah segar yang telah direbus
siap untuk dipisahkan antara berondolan dan tandannya. Sebelum masuk kedalam thresser
TBS yang telah direbus diatur pemasukannya dengan menggunakan auto feeder.
Dengan menggunakan putaran TBS dibanting sehingga berondolan lepas dari
tandannya dan jatuh ke conveyor dan elevator untuk
didistribusikan ke rethresser untuk pembantingan kedua kalinya. Thresser
mempunyai kecepatan putaran 22 – 25 rpm. Pada bagian dalam thresser,
dipasang batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang
memungkinkan berondolan keluar dari thresser. Untuk tandan kosong
sendiri didistribusikan dengan empty bunch conveyor untuk
didistribusikan ke penampungan empty bunch.
4. STASIUN
PRESS
Berondolan yang keluar dari thresser jatuh ke
conveyor, kemudian diangkut dengan fruit elevator ke top
cross conveyor yang mendistribusikan berondolan ke distributing conveyor
untuk dimasukkan dalam tiap-tiap digester. Digester adalah tangki
silinder tegak yang dilengkapi pisau-pisau pengaduk dengan kecepatan putaran
25-26 rpm, sehingga brondolan dapat dicacah di dalam tangki ini. Bila tiap-tiap
digester telah terisi penuh maka brondolan menuju ke conveyor
recycling, diteruskan ke elevator untuk dikembalikan ke digester.
Tujuan pelumatan adalah agar daging buah terlepas dari biji sehingga
mudah di-press. Untuk memudahkan pelumatan buah, pada digester
di-inject steam bersuhu sekitar 90 – 95 °C.
Berondolan yang telah lumat masuk ke dalam screw
press untuk diperas sehingga dihasilkan minyak (crude oil). Pada
proses ini dilakukan penyemprotan air panas agar minyak yang keluar tidak
terlalu kental (penurunan viscositas) supaya pori-pori silinder tidak
tersumbat, sehingga kerja screw press tidak terlalu berat. Penyemprotan
air dilakukan melalui nozzle-nozzle pada pipa berlubang yang dipasang
pada screw press. Kapasitas mesin press adalah 15 ton per jam.
Tekanan
mesin press harus diatur, karena bila tekanan terlalu tinggi dapat
menyebabkan inti pecah dan screw press mudah aus. Sebaliknya, jika
tekanan mesin press terlalu rendah maka oil losses di ampas
tinggi.
Minyak hasil mesin press kemudian menuju ke sand
trap tank untuk pengendapan. Hasil lain adalah ampas (terdiri dari biji dan
fiber), yang akan dipisahkan dengan menggunakan cake breaker conveyor
(CBC).
5. STASIUN
PEMURNIAN
Minyak yang berasal dari stasiun press masih
banyak mengandung kotoran-kotoran yang berasal dari daging buah seperti lumpur,
air dan lain-lain. Untuk mendapatkan minyak yang memenuhi standar, maka perlu
dilakukan pemurnian terhadap minyak tersebut. Pada stasiun ini terdiri dari
beberapa unit alat pengolah untuk memurnikan minyak produksi, yang meliputi : Sand
Trap Tank, Vibrating Screen, Crude Oil Tank, Continous
Settling Tank (CST), Oil Tank, Purifier, Vacum Dryer, Sludge
Oil Tank, Sludge Vibrating Screen, Sludge Centrifuge, Fat
Pit, dan Storage Tank.
a. Sand Trap Tank
Minyak hasil
mesin press merupakan minyak mentah yang masih banyak mengandung
kotoran-kotoran. Minyak tersebut masuk ke sand trap tank untuk
mengendapkan partikel-partikel yang mempunyai densitas tinggi. Sand trap
tank adalah sebuah bejana yang berbentuk silinder tegak.
b. Vibrating Screen
Minyak
bagian atas dari sand trap tank yang masih mengandung serat dan sedikit
kotoran dialirkan ke ayakan getar (vibrating screen). Proses penyaringan
memakai vibrating screen bertujuan untuk memisahkan padatan, seperti :
serabut, pasir, tanah dan kotoran-kotoran lain yang masih terbawa dari sand
trap tank. Vibrating yang digunakan adalah double deck vibrating
screen, dimana screen pertama berukuran 30 mesh dan screen
kedua 40 mesh. Padatan yang tertahan pada ayakan akan dikembalikan ke digester
melalui conveyor, sedangkan minyak dipompakan ke crude oil tank.
c. Crude Oil
Tank (COT)
Minyak yang
keluar dari vibrating screen dialirkan ke crude oil tank untuk
ditampung sementara. Pada crude oil tank ini minyak dipanaskan dengan steam melalui
sistem pipa pemanas, dan suhu dipertahankan 90-95°C. Dari sini minyak
dipompakan ke CST (Continuous Settling Tank).
d. Continous
Settling Tank (CST)
Minyak dari
COT dipompakan ke CST dimana sebelumnya dilewatkan ke buffer tank agar
aliran minyak masuk ke CST tidak terlalu kencang. CST bertujuan untuk
mengendapkan lumpur (sudge) berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Di CST
suhu dipertahankan 86-90 oC. Minyak pada bagian atas CST dikutip
dengan bantuan skimmer menuju oil tank, sedangkan sludge
(yang masih mengandung minyak) pada bagian bawah dialirkan secara underflow ke sludge
vibrating screen sebelum ke sludge oil tank. Sludge dan pasir yang
mengendap didasar CST di-blowdown untuk dibawa ke sludge drain tank
.
e. Oil Tank
Minyak dari
CST menuju ke oil tank untuk ditampung sementara waktu, sebelum
dialirkan ke oil purifier. Dalam oil tank juga terjadi pemanasan
(75-80°C) dengan tujuan untuk mengurangi kadar air.
f. Purifier
Di dalam purifier
dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran dan kadar air yang terdapat
pada minyak berdasarkan atas perbedaan densitas dengan menggunakan gaya
sentrifugal, dengan kecepatan perputarannya 7500 rpm. Kotoran dan air yang
memiliki densitas yang besar akan berada pada bagian yang luar (dinding bowl),
sedangkan minyak yang mempunyai densitas lebih kecil bergerak ke arah poros dan
keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke vacuum drier. Kotoran dan
air yang melekat pada dinding di-blowdown ke saluran pembuangan untuk
dibawa ke Fat Pit.
g. Vacuum
Drier
Minyak yang
keluar dari purifier masih mengandung air, maka untuk mengurangi kadar
air tersebut, minyak dipompakan ke vacuum drier. Di sini minyak
disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga campuran minyak dan air
tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah pemisahan air dalam minyak,
dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih rendah dari air akan turun ke
bawah dan kemudian dipompakan ke storage tank.
h. Sludge
Tank
Untuk overflow
dari tangki ini di alirkan ke drain tank sedangkan under flownya dialirkan ke
vibrating screen dan brush strainer atau langsung ke bak transit untuk
dipompakan ke sand cyclone. Untuk mempercepat pengendapan lumpur, sludge
dipanaskan (80-90oC) dengan menggunakan uap yang dialirkan melalui
coil pemanas. Sehingga densitas minyak menjadi lebih rendah dan lumpur
halus yang melekat pada minyak akan terlepas dan mengendap pada dasar tangki.
Dari sand
cyclone atau brush strainer sludge dialirkan ke balance tank sebagai umpan
untuk decanter atau sludge centrifuge.
i. Sludge
centrifuge
Sludge
centrifuge untuk mengolah sludge. Sludge Centrifuge adalah alat yang digunakan
untuk memisahkan minyak yang masih terkandung di dalam sludge, dengan
cara pemisahan berdasarkan gaya sentrifugal. Didalam sludge centrifuge ini
terdapat bowl yang berputar 1450 rpm, bowl ini berbentuk bintang yang
diujungnya terdapat nozzle dengan diameter lubang tertentu dan nozzle ini dapat
diganti sesuai keinginan.
Prinsip
kerjanya adalah nozzle separator berputar dengan gaya centifugal dimana
pemisahannya, fraksi berat ( lumpur, kotoran ) terlempar ke dinding bowl
dan fraksi ringan (air dan minyak) akan ketengah. Minyak yang mempunyai
densitas lebih kecil akan menuju poros dan terdorong keluar melalui sudu-sudu
(paring disk), dan ditampung di reclaimed tank sebelum dipompakan oleh
reclaimed oil pump untuk alirkan kembali ke CST. Sedangkan sludge (mengandung
air) yang mempuyai densitas lebih besar akan terdorong ke bagian dinding bowl
dan keluar melalui nozzle, kemudian sludge keluar melalui saluran pembuangan
menuju fat pit.
j. Sludge
drain tank
Lapisan
bawah dari CST, dan sludge tank pada selang waktu tertentu didrain menuju
sludge drain tank. Di sludge drain tank minyak mengalir tenang dan dibiarkan
overflow untuk mengalir dan ditampung pada reclaimed tank, dan kemudian
dipompakan kembali ke CST untuk kemudian dimurnikan lagi. Sedangkan kotoran dan
air dialirkan menuju fat pit.
k. Fat Pit
Sebelum
sludge di buang ke kolam pengolahan limbah, terlebih dahulu ditampung di fat
pit dengan maksud agar minyak yang masih terbawa dapat terpisah kembali. Di Fat
Pit diinjeksikan uap sebagai pemanas untuk mempermudah proses pemisahan minyak
dengan kotoran. Minyak yang ada pada permukaan dibiarkan melimpah (overflow).
Selanjutnya minyak ditampung pada sebuah bak pada pinggiran kolam fat pit, dan
kemudian dipompakan kembali ke sludge drain tank.
l. Storage
Tank
Minyak dari
vacuum dryer, kemudian dipompakan ke storage tank (tangki timbun), pada suhu
simpan 45-55°C. Setiap hari dilakukan pengujian mutu. Minyak yang dihasilkan
dari daging buah berupa minyak yang disebut Crude Palm Oil (CPO).
6.
STASIUN KERNEL
Pada stasiun ini dilakukan aktifitas pemisahan serabut
dari nut, pemisahan inti dari cangkangnya dan juga pengeringan inti. Peralatan
yang digunakan di stasiun ini , diantaranya : Cake Breaker Conveyor (CBC),
Depericarper, Nut Silo, Ripple Mill, Claybath, dan Kernel Silo.
a.
Cake Breaker Conveyor (CBC)
Ampas dari
screw press yang terdiri dari fiber dan nut yang masih menggumpal masuk ke CBC.
CBC merupakan suatu screw conveyor namun screwnya dipasang palt persegi sebagai
pelempar fiber dan nut. CBC berfungsi untuk mengurai gumpalan fiber dengan nut
dan membawanya ke depericarper.
b.
Depericarper
Depericarper
adalah alat untuk memisahkan fiber dengan nut. Fiber dan nut dari CBC masuk ke
separating column. Disini fraksi ringan yang berupa fiber dihisap dengan
fibre cyclone dan di tampung dalam hopper sebagai bahan bakar pada boiler.
Sedangkan fraksi berat berupa nut turun ke bawah masuk ke polishing drum.
c.
Nut Polishing Drum
Nut
polishing drum berupa drum berlubang-lubang yang berrputar. Akibat dari
perputaran ini terjadi gesekan yang mengakibatkan serabut yang masih menempel
pada nut terkikis dan terpisah dari nut. Nut jatuh, selanjutnya nut diangkut
oleh nut conveyor dan destoner (second depericarper) untuk memisahkan batu dan
benda – benda yang lebih berat dari nut seperti besi. Nut yang terbawa ke atas
jatuh kembali di dalam air lock dan di tampung oleh nut elevator untuk dibawa
ke dalam nut silo.
d.
Nut Silo
Fungsi dari
alat ini sebagai tempat penampungan nut, hal ini dilakukan untuk mengurangi
kadar air sehingga lebih mudah dipecah dan inti lekang dari cangkangnya.
e.
Ripple Mill
Biji dari
nut silo masuk ke ripple mill untuk dipecah sehingga inti terpisah dari
cangkang. Biji yang masuk melalui rotor akan mengalami gaya sentrifugal
sehingga biji keluar dari rotor dan terbanting dengan kuat yang menyebabkan
cangkang pecah. Setelah dipecahkan inti yang masih bercampur dengan
kotoran-kotoran di bawa ke kernel grading drum.
f.
Kernel Grading Drum
Pada kernel
grading drum ini di saring antara nut,shell dan kotoran dengan nut yang belum
terpecahkan. Untuk nut shell dan kotoran lolos dari saringan dibawa ke LTDS.
Sementara untuk nut atau yang tertahan dikembalikan ke nut conveyor.
g.
Light Tenera Dry Separator (LTDS)
Pada bagian
ini akan terjadi pemisahan dimana fraksi-fraksi yang lebih ringan akan dihisap
oleh LTDS cyclone. Fraksi-fraksi yang ringan di hisap yang terdiri dari
cangkang dan serabut akan di bawa ke shell hopper melalui fibre and shell
conveyor. Inti dan sebagian cangkang yang belum terpisahkan, dipisahkan lagi
pada clay bath.
h.
Clay Bath
Clay bath
adalah alat pemisahan Inti dengan cangkang. Proses pemisahan ini secara basah
yang menggunakan larutan CaCO3 dan air dengan ukuran partikel CaCO3
lolos mesh 400. Clay bath berfungsi sebagai larutan pemisah antara kernel dan
cangkang berdasarkan berat jenis. Berat jenis Kernel basah = 1,07 dan berat
jenis cangkang = 1,15 – 1,20, maka untuk memisah kernel dan cangkang tersebut
dibuat larutan dengan berat jenis = 1,12. Bagian yang ringan akan mengapung dan
bagian yang berat akan tenggelam. Inti yang merupakan fraksi ringan akan dibawa
ke kernel silo untuk disimpan dengan suhu tertentu.
i.
Kernel Silo
Inti yang
masih mengandung air, perlu dikeringkan sampai kadar air 7%. Inti yang berasal
dari pemisahan di clay bath melalui top wet kernel conveyor didistribusikan ke
dalam unit kernel silo untuk dilakukan proses pengeringan. Pada kernel silo ini
inti akan dikeringkan dengan menggunakan udara panas dari steam heater yang
dihembuskan oleh Fan kernel silo ke dalam kernel silo. Pengeringan dilakukan
pada temperatur 60-80°C selama 4-8 jam. Kernel yang telah dikeringkan ini dibawa
ke kernel bulk silo melalui dry kernel transport fan
Untuk
memperjelas alur proses pengolahan minyak goreng dapat dilihat pada Pengolahan
CPO menjadi Minyak Goreng sebagai berikut :
a. Proses Degumming
Proses
degumming bertujuan untuk menghilangkan zat-zat yang terlarut atau zat-zat yang
bersifat koloidal, seperti resin, gum, protein dan fosfatida dalam minyak
mentah. Pada prinsipnya proses degumming ini adalah proses pembentukan dan pengikatan
flok-flok dari zat-zat terlarut dan zat-zat yang bersifat koloidal dalam minyak
mentah, sehingga flok-flok yang terbentuk cukup besar untuk bisa dipisahkan
dari minyak. Proses degumming yang paling banyak digunakan adalah proses
degumming dengan menggunakan asam. Pengaruh yang ditimbulkan oleh asam tersebut
adalah menggumpalkan dan mengendapkan zat-zat seperti protein, fosfatida, gum
dan resin yang terdapat dalam minyak mentah
.
b. Proses
Netralisasi
Proses
netralisasi atau deasidifikasi pada pemurnian minyak mentah bertujuan untuk
menghilangkan asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak mentah. Asam lemak
bebas (FFA) dapat menimbulkan bau yang tengik. Proses netralisasi
yang paling sering digunakan dalam industri kimia adalah proses netralisasi
dengan soda kostik, dengan prinsip reaksi penyabunan antara asam lemak bebas
dengan larutan soda kostik, yang reaksi penyabunannya sebagai berikut :
R----COOH
+ NaOH R-COONa + H2O
Kondisi reaksi yang optimum
pada tekanan atmosfir adalah pada suhu 70 oC, dimana reaksinya merupakan
reaksi kesetimbangan yang akan bergeser ke sebelah kanan. Soda kostik
yang direaksikan biasanya berlebihan, sekitar 5 % dari kebutuhan
stokiometris. Sabun yang terbentuk dipisahkan dengan cara pengendapan.
Soda kostik disamping berfungsi sebagai penetralisir asam lemak bebas, juga
memiliki sifat penghilang warna (decoulorization).
c. Proses Bleaching
Proses
bleaching (pemucatan) dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan zat-zat
warna (pigmen) dalam minyak mentah, baik yang terlarut ataupun yang
terdispersi. Warna minyak mentah dapat berasal dari warna bawaan minyak ataupun
warna yang timbul pada proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng. Pigmen yang
biasa terdapat di dalam suatu minyak mentah ialah carotenoid yang berwarna
merah atau kuning, chlorophillida dan phaephytin yang berwarna hijau.
Proses
bleaching yang digunakan adalah proses bleaching dengan absorbsi.
Proses ini menggunakan zat penyerap (absorben) yang memiliki aktivitas
permukaan yang tinggi untuk menyerap zat warna yang terdapat dalam minyak
mentah. Disamping menyerap zat warna, absorben juga dapat menyerap zat yang
memiliki sifat koloidal lainnya seperti gum dan resin. Absorben yang paling
banyak digunakan dalam proses bleaching minyak dan lemak adalah tanah pemucat
(bleaching erath) dan arang (carbon). Arang sangat efektif dalam penghilangan
pigmen warna merah, hijau dan biru, tetapi karena harganya terlalu mahal maka
dalam pemakaiannya biasanya dicampur dengan tanah pemucat dengan jumlah yang
disesuaikan terhadap jenis minyak mentah yang akan dipucatkan.
d. Proses
Deodorisasi
Proses deodorisasi bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa dan bau yang tidak dikehendaki dalam minyak
untuk makanan. Senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak
tersebut biasanya berupa senyawa karbohidrat tak jenuh, asam lemak bebas dengan
berat molekul rendah, senyawa-senyawa aldehid dan keton serta senyawa-senyawa
yang mempunyai volatilitas tinggi lainnya. Kadar senyawa-senyawa tersebut di
atas, walaupun cukup kecil telah cukup untuk memberikan rasa dan bau yang tidak
enak, kadarnya antara 0,001 – 0,1 %.
Proses
deodorisasi yang banyak dilakukan adalah cara distilasi uap yang didasarkan
pada perbedaan harga volatilitas gliserida dengan senyawa-senyawa yang
menimbulkan rasa dan bau tersebut, dimana senyawa-senyawa tersebut lebih mudah
menguap dari pada gliserida. Uap yang digunakan adalah superheated steam
(uap kering), yang mudah dipisahkan secara kondensasi. Proses deodorisasi sangat
dipengaruhi oleh faktor tekanan, temperatur dan waktu, yang kesemuanya harus
disesuaikan dengan jenis minyak mentah yang diolah dan sistim proses yang
digunakan. Temperatur operasi dijaga agar tidak sampai menyebabkan turut
terdistilasinya gliserida. Tekanan diusahakan serendah mungkin agar minyak
terlindung dari oksidasi oleh udara dan mengurangi jumlah pemakaian uap. Pada
sistem batch ini, tekanan operasi sekitar 3 torr dan temperatur 240 oC.
e. Proses Fraksionasi
Proses
fraksionasi terdiri atas kristalisasi suatu fraksi yang menjadi padat pada
temperatur tertentu dan disusul dengan pemisahan kedua fraksi itu. Fraksi yang
menjadi kristal adalah stearin dan yang tetap cair adalah olein.Beberapa proses
fraksionasi yang sering digunakan yaitu :
· Fraksionasi kering
(fraksionasi tanpa pelarut).
· Fraksionasi basah
(fraksionasi dengan pelarut).
· Fraksionasi dengan
menggunakan larutan deterjen sodium lauryl sulphat.
Proses
fraksionasi kering didasarkan pada pendinginan minyak dengan kondisi yang
terkendali tanpa penambahan bahan kimia apapun. Ada tiga operasi yang terlibat
yaitu seeding, kristalisasi, dan filtrasi. Mula-mula minyak dipanasi sampai 70
oC untuk memperoleh cairan homogen dan kemudian didinginkan dengan air
pendingin sampai temperatur 40 oC, selanjutnya didinginkan samapi
temperatur 20 oC dan dipertahankan sampai proses kristalisasi dianggap
selesai.
Fungsi pengadukan ini adalah
agar pendinginan di dalam tangki lebih homogen sehingga pemisahan olein dan
stearin lebih mudah.Temperatur pengkristalan ini tergantung pada kualitas
minyak: Kualitas consumer kristal lemak terbentuk pada temperatur 28°C.
Pada
proses filtrasi RBDPO kristal yang sudah terbentuk dalam tangki kristalisasi
ditransfer ke filter press untuk pemisahan olein dan stearin. Olein hasil dari
filtrasi ditransfer ke SS tank dan MS tank. SS tank untuk kualitas olein
dianalisa jika sesuai dengan spesifikasi langsung masuk ke storage tank olein
(kualitas bottling), sedangkan MS tank digunakan untuk kualitas olein yang RBD
oleinnya difilter spray dan hasilnya langsung dialirkan ke storage tank olein
(kualitas drumming, tinning dan industri). Sebelum ditansfer ke intermediate
tank, untuk kualitas bottling dan tinning ditambahkan antioksidan hal ini untuk
mempertahankan kualitas minyak. Sedangkan untuk kualitas drumming dan ndustri
tidak ditambahkan antioksidan. Hal ini disebabkan minyak dengan kualitas
drumming dan industri segera digunakan/dikonsumsi.
MANFAAT MINYAK KELAPA SAWIT
Manfaat lain
dari proses industri minyak kelapa sawit antara lain:
a. Sebagai bahan bakar alternatif
Biodisel
b. Sebagai nutrisi pakanan ternak
(cangkang hasil pengolahan)
c. Sebagai bahan pupuk kompos (cangkang
hasil pengolahan)
d. Sebagai bahan dasar industri lainnya
(industri sabun, industri kosmetik, industri makanan)
e. Sebagai obat karena kandungan minyak
nabati berprospek tinggi
http://mynewblokmargihastuti.blogspot.co.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar